Sabtu, 09 November 2013

"Malam Pertama Ku"

25 November 2012 pukul 21.00
 
Bekerja memenuhi kebutuhan dasar manusia membuat saya mengerti bagaiman orang sakit sangat mengharapkan dukungan dari kita,. Mereka memandang kita -entah seorang dokter, ahli gizi, perawat professional,  perawat pelaksana, ass.perawat  bahkan perawat praktikan yang masih mahasiswa- sebagai tenaga kesehatan yang paling mengerti dengan masalah kesehatan mereka.,
Sebagai seorang mahasiswa praktikan yang masih sedikit pengalaman begitu tersanjung ketika mereka selalu menatap saya dengan sejuta harapan, selalu memaksa tersenyum walaupun saya tau pasti sakit yang mereka rasakan, selalu merelakan tubuhnya untuk dilukai benda- benda tajam itu,.
Dasar saya adalah orang yang sensitiv, ketika itu saya baru saja datang untuk shift malam. Malam ini saya mendapatkan babak jackpot untuk shif malam pertama saya,  ada seorang pasien seusia ibu saya, dia terkena serangan stroke. GCS 111. Nafas ngorok tangan kejang terpasangan masker oksigenasi, kami harus melakukan observasi setiap 15 menit. Saya diberi tugas oleh perawat senior untuk selalu mengobservasi TTV pasien tersebut. Obser vasi berjalan dengan lancar untuk 2 jam pertama, sekitar jam 22.00 ketika melakukan observasi yang kesekian kalinya saya mendengar ribut diluar, semakin saya perhatikan keributan itu semakin mendekat ruangan kami,.dan benar saja seorang wanita datang menangis dan berteriak “Ibuuuuuukkkkkkkkkuuuuuu,,...hhuhhu” percaya atau tidak pasien itu langsung membuka mata tangan mengaku, nafas semakin tersengal-sengal. Saya semakin panik. Wanita itu terus menangisi ibunya, berkata maaf didalam tangisnya, memohon kepada ibunnya. Saya hanya bisa berdiri mematung disamping pasien dan keluarganya. Pikiran saya jadi kemana – kemana bagaimana jika saya ada diposisi wanita tersebut. It’s too hard. Saya benar – benar merasa pertahanan air mata sebentar lagi akan jebol. Saya hampir lupa pada tujuan awal saya. Segera saya kuatkan mental untuk mengkaji TTV. Alat demi alat terpasang dengan kata bismillah saya mulai memompa Spygnomanometer dan seperti tertabrak truk tronton sekujur badan ini lemas ketika hasil yang saya dapatkan sistole 60 mmHg, masih tidak percaya saya pompa sekali lagi sambil berharap hasil pertama salah tapi ternyata tetap 60 mmHg, dalam hati saya berkata rasul menyukai bilangan ganjil maka saya ulangi seklai lagi. Nihil. Hasil tetap 60 mmHg, dan tantangan selanjutnya bagaimana saya harus memberitahukan kepada keluarganya. Dengan leher terasa tercekik dan saya yakin seandainya didepan ada cermin sudah pasti wajah saya berwarna putih-biru persis mayat, sekuat tenaga saya menyampaikan hasilnya. Kata pertama yang keluar dari wanita itu, “ Apaaaaaa?? Tensi,,.tensii,..tenssiiii laagiiiii suuusssssssss,. Susterrr salaaaaahhhh,.lagiiii (dalam bahasa jawa)” Rasanya jantungku ingin keluar dari tempatnya. Perasaan semakin campur aduk. And finally saya benar benar belum kuat dihadapkan pada kondisi seperti saat itu. Saya bergegas berpamitan kepada keluarga untuk memanggil perawat senior. Dikantor perawat, Ibu Ruly begitu melihat saya langsung bertanya “kenapa kamu dik?!”, “Itu bu kamar 12B, maaf.” Jawabku sambil angkat tangan. “Oh iyaa,..kamu minum dulu ya” Ibu Ruly mengangguk paham sambil tersenyum kepada saya.
Setelah minum saya mengikuti bu Ruly menuju kamar 12B. Beliau dengan tersenyum mengucapkan salam kepada keluarga, meminta izin untuk mengobservasi TTV lalu melakukan tindakan dengan tenang. Saya kagum dengan pembawaan ibu suster yang satu ini. Saat menyampaikan hasilnya pun tetap dengan kalemnya  -hasilnya sama 60mmHg-. Setelah itu beliau menyampaikan nasihat untuk keluarga, mengajak wanita itu untuk beristighfar,.dan wauwww si mbaknya berhenti menangis dan tidak berontak sama sekali,.wahhh dengan menepuk jidat kenapa tadi saya tidak begitu ya padahal dikelas saya sudah mendapatkan materi bagaimana menghadapi pasien dan keluarga pasien yang menjelang ajal. Hmmmmm Bu Ruly dengan sabar menenangkan wanita itu,.terus memberikan support dan dirasa telah tenang tetap dengan senyum yang menyejukkan bu Ruly berpamitan untuk kembali ke kantor perawat. Subhanallah,. Sesampai diluar kamar beliau berkata kepada saya “Mudah kan?!” tetap dengan senyumnya. Saya hanya bisa mebalas dengan senyuman. Ada rasa malu tapi juga ada rasa kagum yang luar biasa kepada Bu Ruly.
Kuncinya adalah senyum ikhlas bekerja dengan hati mengabdi sepenuh hati dan selalu berhati – hati,. Hikmah yang luar biasa besar bagi saya,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar